Bukan Pasar Malam by Pramoedya Ananta Toer
Click Image for Gallery
Author/Editor: Pramoedya Ananta Toer
New Pb104 pp.
Condition: Good
Publisher: Lentera Dipantara
Published: 2009
Roman ini berlangsung dalam satu putaran perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang tak pernah teranggap dalam gebyar-gebyar revolusi. Dikisahkan bagaimana keperwiraan seorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh bakti tergolek sakit karena TBC, anggota keluargannya yang miskin, rumah tuanya yang sudah tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet. Berpotong-potong kisah itu diungkapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenangan dalam jiwa seorang mantan tentara muda revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan fokus, tokoh "aku" dalam roman ini tidak hanya mengkritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjuk muka para jenderal atau pembesar-pembesar negeri pascakemerdekaan yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri.
New Pb104 pp.
Condition: Good
Publisher: Lentera Dipantara
Published: 2009
Roman ini berlangsung dalam satu putaran perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang tak pernah teranggap dalam gebyar-gebyar revolusi. Dikisahkan bagaimana keperwiraan seorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh bakti tergolek sakit karena TBC, anggota keluargannya yang miskin, rumah tuanya yang sudah tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet. Berpotong-potong kisah itu diungkapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenangan dalam jiwa seorang mantan tentara muda revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan fokus, tokoh "aku" dalam roman ini tidak hanya mengkritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjuk muka para jenderal atau pembesar-pembesar negeri pascakemerdekaan yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri.